Mewujudkan Perdamaian
Dunia
Ketika
ada seseorang ataupun Negara yang lebih suka menyerukan peperangan, mungkin
saja hati nuraninya telah mati. Sebab semua yang hati nuraninya masih berfungsi
tentu akan memilih perdamaian. Bukankah perdamaian itu tidak sulit dan lebih
memberikan harapan? Mengapa harus kita persulit? Sebenarnya tidak sesulit yang
kita bayangkan, andai saja semua orang dan seluruh Negara di dunia ini mau
bersama-sama “saling bergandengan tangan” dan berkomitmen untuk terus
menyerukan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Sudah
saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan sebuah perdamaian itu
sulit. Paradigma bahwa mewujudkan perdamaian itu sulit hanya akan terus
membelenggu fikiran kita dan menjadi batu sandungan yang menjegal segala upaya
perdamaian itu sendiri. Penulis terkadang merasa miris, mengapa begitu mudahnya
kita serukan konflik dan peperangan? Sementara itu begitu sulit hanya untuk
sebuah perdamaian yang mana demi kehidupan bangsa juga seluruh Negara yang
lebih baik. Ini tentu menjadi PR untuk bangsa Indonesia khususnya dan seluruh
Negara di dunia yang masih bernurani tentunya.
Kita
bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-benar
terwujudkan. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah
keadaan. Harus ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara di
seluruh penjuru dunia. Selama ini memang sering ada upaya-upaya diplomasi dan
pertemuan antar Negara guna menciptakan perdamaian dunia. Pada akhirnya yang
dihasilkan seperti biasa yaitu butir-butir kesepakatan atau semacam perjanjian
bersama yang selama ini belum banyak mampu merubah keadaan.
Ada
beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi
mewujudkan perdamaian dunia, antara lain:
1.
Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)
Untuk
mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat ataupun
sebuah Negara. Jika tidak akan percuma saja segala upaya kita. Dengan
mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa
memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya
dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, kita bisa mengambil
langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian disana.
Pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam mewujudkan
perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.
2.
Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi
Dalam
hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah
kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh
terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang
sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan di dalamnya. Masyarakat
atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan “tidak perduli” atas isu dan
seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan perdamaian dunia, buat makan untuk
hidup sehari-hari saja sangat susah”, begitu fikir mereka yang kurang
sejahtera. Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh
masyarakat dan Negara di dunia ini.
3. Melalui Pendekatan Politik
Melalui
pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk mewujudkan
perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda
politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih
lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh
dimata dunia. Negara-negara maju pada saat-saat tertentu harus berani
menggunakan power-nya untuk “melakukan sedikit penekanan” pada Negara-negara
yang saling berkonflik agar bersedia berdamai kembali. Bukan justru membuat
situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan mereka terus dibeli.
4.
Melalui Pendekatan Religius (Agama)
Pada
hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya
perdamaian. Sebab saya kira tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan,
kekerasan ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang
diantaranaya kepedulian dan perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku
beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian dalam turut serta
mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia. Para tokoh agama
yang dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut
serta aktif menyerukan perdamaian.
Di
lingkungan masyarakat sekarang ini banyak kita telah menemukan masalah-masalah
yang terjadi dan sering menimbulkan masalah di tengah tengah masyarakat yang
kurang memahami satu dengan yang lainnya. Sebaiknya agar terjadi perdamaian
dunia adalah kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan yang tidak
semena-mena agar tidak terjadi kesalahpahaman dan konflik atau keributan di
tengah masyarakat.
Kita harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan
orang lain untuk bersatu dan berjuang demi mewujudkan perdamaian dunia. Kita
juga harus saling mengalah, tidak egois dan selalu menghargai orang lain. Jika
kita hanya berpikir untuk kepentingan kita sendiri tanpa memikirkan dampaknya
terhadap orang lain, kebersamaan pun tentu tidak akan terbentuk dengan baik.
Dari kebersamaan tersebut, akan menjadi awal mula bisa terbentuknya perdamaian.
Setelah terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran. Maksud dari
kesadaran itu adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita.
Contohnya dengan :
Ø
Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib
mematuhi peraturan.
Ø Sadar
terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
Ø Sadar
bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat-istiadat,
agama, ras, dan status sosial.
Ø Sadar
untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri
Ø Jadi dengan semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin hubungan sesama dengan baik, sehingga perdamaian dunia akan cepat terwujud.
Upaya-upaya
mewujudkan perdamaian perlu dilakukan dalam rangka menjauhkan
penyelesaian masalah dari tindak kekerasan. Agama senantiasa mempelopori
tindakan tanpa kekerasan dan membawa misi perdamaian bagi dunia. Demikian
pula dengan agama Buddha yang cinta damai dan menjauhkan tindakan kekerasan.
Pendiri agama Buddha, Siddharta Gautama dalam sejarah hidupnya, sejak
kanak-kanak telah menolak tindakan kekerasan dan memelopori pembelaaan bagi
kehidupan agar segenap makhluk tidak dikenai kekerasan.
0 Comments