Pelopor Perdamaian Buddhis di Asia
Aspek
politik di dalam sejarah perkembangan Buddhadharma di Asia yang sangat
fenomenal diketemukan dalam raja besar yang bernama Ashoka (abad k3 SM). Raja
ini menjalankan ajaran tanpa kekerasan dan memelopori perdamaian serta
mengusahakan kehidupan rukun antar agama dengan mendirikan piagam toleransi
yang bernama piagam Piyadassi.
Ashoka (abad 3 SM) seorang penganut Buddha yang mempraktikkan Buddhadharma sekaligus mampu menciptakan suatu negara yang makmur, memelopori sikap tanpa kekerasan serta toleransi kehidupan beragama. Sikap Raja Asoka ini mungkin bisa menjadi cermin atau teladan bagi para penguasa, pemimpin negara dewasa ini dalam menyelesaikan konflik.
Sepanjang abad Milenium ini kita mengenal tokoh-tokoh Engaged Buddhism yang
mempromosikan keterlibatan Buddhadharma dalam dunia kontemporer jaman ini
dengan berbagai problema sosial politiknya. Mereka semuanya mengetengahkan
perjuangan tanpa kekerasan dan memelopori perdamaian, ada Thich Nhat Hanh
dengan aksi cinta-nya dalam perang Vietnam di tahun 1970-an, Dalai Lama yang
tengah memperjuangkan otonomi Tibet dan kekayaan tradisi spiritual Tibet dengan
tanpa kekerasan, dan juga Aung San Su Kyi dengan kekuatan kesabaran dan
perjuangan damainya dalam mewujudkan Myanmar yang demokratik.Begitu pula dengan spirit toleransi yang diperlihatkan Buddhadhasa di Thailand,
serta Ajahn Sulak Sivaraksa yang pro-demokrasi. Ada Maha Ghosananda di Kamboja,
dan Ambedkar yang memperjuangkan penghapusan diskriminasi atas kaum Dallit di
India.
Banyak
tokoh Buddhis terkemuka lainnya yang merupakan Bodhisattva jaman kini yang
mampu menterjemahkan Buddhisme secara kontekstual, adaptif, humanistik serta
menyatakan keterlibatan cinta kasihnya dalam lapangan social-politik
sebagaimana yang menjadi hakikat dan jiwa Buddhadharma.
0 Comments