Kelas Bu Novi

Kelas Bu Novi
Kelas Bu Novi

Dharmayatra

 Empat Tempat Dharmayatra serta tujuan dan manfaatnya

a.    Taman Lumbini

Taman Lumbini adalah salah satu tempat yang sangat dihormati oleh umat Buddha dunia sebagai tempat dharmayatra. Taman Lumbini sekarang dikenal dengan sebutan Rummindei (Nepal). Sekitar 2.500 tahun silam, telah terjadi suatu peristiwa mahabesar yang menggetarkan jagat raya, yaitu lahirnya seorang bakal Buddha (Bodhisattva). Peristiwa itu terjadi saat bulan purnama di bulan Waisak pada tahun 623 SM. Bakal Buddha adalah putra Raja Suddhodana dari suku Sakya. Lumbini saat ini dilestarikan sebagai salah satu tempat ziarah umat Buddha. Banyak umat Buddha yang mengadakan perjalanan dan berziarah di tempat ini sebagai penghormatan kepada Buddha. Di Taman Lumbini ini, terdapat sebuah pilar setinggi 22 kaki yang didirikan oleh Raja Asoka (dulu dinamai Pilar Rummindei). Pilar ini dibangun untuk memperingati tempat kelahiran seorang manusia besar. Tak jauh dari situs tempat kelahiran Bodhisattva, terdapat sebuah vihara kecil yang bernama Vihara Mayadevi. Vihara ini dibangun sebagai penghormatan kepada ibunda Bodhisattva, yaitu Ratu Mahamaya. Taman Lumbini adalah saksi dari kelahiran seorang bakal Buddha.


b.   
Buddhagaya (Bodhgaya)

Buddhagaya (Bodhgaya) adalah tempat Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna. Bodhgaya berada di pinggir Sungai Neranjara yang sekarang telah kering. Dahulu, tempat ini adalah sebuah hutan yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Hutan Gaya. Namun, sejak Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di tempat tersebut, Hutan Gaya akhirnya populer dengan nama Bodhgaya atau Buddhagaya.

Sekarang di Bodhgaya terdapat sebuah vihara bernama Vihara Mahabodhi, yang menjulang setinggi 52 meter. Vihara ini merupakan vihara terbesar di India. Di sisi belakang bangunan dan barat bangunan vihara, terdapat pohon bodhi yang diyakini merupakan turunan dari pohon yang menaungi Petapa Gotama bermeditasi dan mencapai Bodhi menjadi Buddha. Di dekat pohon tersebut, terdapat papan batu pasir berwarna kemerahan yang dipandang sebagai tempat duduk Petapa Gotama saat bermeditasi mencapai kebuddhaan. Selain Vihara Mahabodhi, di Bodhgaya juga terdapat pula Vihara Sujata. Vihara Sujata tampak sederhana. Di vihara ini, biasanya para peziarah membaca paritta dan merenungkan kembali kisah yang telah terjadi di tempat itu hampir 2.600 tahun. Di tempat ini, Sujata mempersembahkan nasi susu kepada Petapa Gotama sebagai makanan terakhirnya sebelum mencapai Pencerahan Sempurna. 


c.   
Benares

Benares, sekarang Vanarasi, merupakan tempat dharmayatra di India yang sangat terkenal dan dihormati oleh umat Buddha dunia. Di tempat inilah Buddha mengajarkan Dharma kepadalima petapa pada tahun 588 SM.Taman Rusa Isipatana, Benares sekarang dikenal dengannama Kota Sarnath. Di kota ini, terdapat Stupa Dhamekh (lihatGambar 6.5), yang dulunya bernama Stupa Dhammacakka.Stupa ini dibangun oleh Raja Asoka. Selain itu, terdapat jugavihara yang bernama Mulagandhakuti. Sarnath juga dikenaldengan Pilar Asoka yang terbuat dari batu-pasir. Pilar inibermahkotakan empat patung singa besar yang merupakanlambang dari Republik India. Bentuk roda seperti yang terdapatpada mahkota pilar ini juga menghiasi tiga warna benderaNegara India. Pada pilar tersebut terdapat pahatan dari titah rajayang berbunyi:“Tidak ada seorang pun yang boleh menyebabkan terpecahbelahnyakubu para bhikkhu.”Kalimat itu mengandung peringatan terhadap para bhikkhu dan bhiksuni untuk menjaga keutuhan Sangha dan setia terhadap peraturan disiplin para bhikkhu dan bhiksuni (vinaya).


d.   Kusinara (Kusinagar)

Kota Kusinara adalah tempat bersejarah dalam kehidupan Buddha. Monumen ini dibangun bertujuan mengingatkan kepada dunia bahwa di tempat inilah Buddha mencapai Parinibbana pada tahun 543 SM. Kusinara sekarang dikenal dengan nama Kushinagar. Kushinagar adalah tempat ziarah keempat untuk seluruh umat Buddha. Di tempat ini, dengan kasih sayang-Nya, Buddha mempersilakan Subhada untuk bertemu dengan-Nya. Subhada kemudian menjadi siswa terakhir yang ditahbiskan Buddha sebelum Buddha merealisasi Parinibbana.

Di Kusinara inilah, pada bulan purnama Waisak tahun 543 SM, Buddha wafat. Setelah wafat, Buddha tidak lagi terikat pada tubuh fisiknya. Saat itulah, sambil berbaring di antara dua pohon sala kembar, Buddha mencapai Nibbana Tanpa Sisa atau Parinibbana.



2. Tujuan dan Manfaat Melaksanakan Dharmayatra

Melaksanakan dharmayatra bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai Dharma melalui peninggalan sejarah. Ber-dharmayatra akan bermanfaat untuk meningkatkan keyakinan (saddha) pada Buddha dan ajaran-Nya.

Dalam Mahaparinibbana Sutta, Buddha menyatakan bahwa: ”Siapa pun juga dalam perjalanan ziarah tersebut meninggal dunia dengan hati penuh keyakinan, orang tersebut setelah badan jasmaninya hancur setelah mati, akan bertumimbal lahir di alam-alam sorga yang bahagia.”


Post a Comment

0 Comments