Kelas Bu Novi

Kelas Bu Novi
Kelas Bu Novi

Penerapan Pancasila dan Pancadharma

 Dalam agama Buddha, sila merupakan dasar utama dalam pelaksanaan ajaran agama, mencakup semua perilaku dan sifat-sifat baik yang termasuk dalam ajaran moral dan etika agama Buddha. Istilah sila, kosakata Pali digunakan dalam budaya Buddha. Susunan masyarakat Buddha terdiri atas kelompok (parisa), yaitu: kelompok masyarakat selibat (bhikkhu-bhikkhuni) dan kelompok masyarakat awam (perumah-tangga). Perbedaan ini berdasar pada kedudukan sosial mereka masing-masing dalam dunia keagamaan.

Upasaka/upasika adalah siswa yang dekat dengan guru dan menggunakan jubah putih. Mereka hidupnya melaksanakan lima aturan kemoralan (sila) dan dapat melatih 8 sila. Mereka yang melatih diri dan melengkapi hidupnya dengan aturan-aturan kemoralan, akan berakibat terlahir di alam bahagia (surga). Jika melatih lima sila dengan sungguh- sungguh, kita akan berakibat memperoleh kebahagiaan, kemakmuran, kedamaian dan kesejahteraan, dalam kehidupan sekarang. Jika seseorang melatih lima atau delapan kemoralan  dengan sungguh-sungguh mempraktikkannya dalam kehidupan sehari- hari dengan sempurna, sempurna pula kebajikannya (paramita). Dia akan mencapai pembebasan dari derita (dukkha) dan dapat meraih kebahagiaan tertinggi Nibbana. Nibbãnam Paramam Sukham (kebahagiaan yang tertinggi): kebahagiaan pencapaian kondisi batin yang telah merealisir Nibbanna. Seorang upasika-upasika hendaknya melatih lima sila dan melaksanakan Dharma dalam kehidupan sehari-hari.

Bertekad menghindari lima macam perbuatan tidak baik (membunuh, mencuri, berbuat asusila, berbohong, dan mabuk) belumlah cukup, karena baru tidak berbuat jahat (bersifat pasif), maka hal ini harus dikembangkan dengan mengembangkan cinta kasih kasih sayang, berpenghidupan benar, merasa puas atau mengendalikan nafsu indra, jujur, dan selalu sadar dan waspada dalam menjalani setiap aspek kehidupan.

Jika seseorang dapat melaksanakan metta karuna dengan baik, dia akan dapat melaksanakan sila pertama dari Pancasila Buddhis dengan baik. Jika kita dapat melaksanakan Dharma kedua (mata pencaharian benar atau penghidupan dengan cara yang wajar) dengan baik, seperti mata pencaharian tidak mengakibatkan pembunuhan, mata pencaharian yang wajar dan halal (bukan pencurian, perampokan, penipuan, maupun tidak berdasarkan ilmu meramal, perdukunan, tukang tenung dan lain-lain), kita akan dapat melaksanakan sila yang kedua dari Pancasila Buddhis.

Saat kita puas dengan apa yang dimiliki maupun keadaan sekarang yang sedang dialami sampai menjelang dewasa, kita dapat melaksanakan sila ketiga dari Pancasila Buddhis. Jika kita bisa menunjukkan kebenaran atau kejujuran dalam hal berbicara, kita dapat melaksanakan sila keempat dari Pancasila Buddhis. Demikian pula kalau kita ingat, waspada dan selalu ingat pada jenis-jenis makanan dan minuman yang dapat menimbulkan lemahnya kewaspadaan, kita tidak akan terjerat oleh semua itu. Dengan selalu ingat dan waspada, kita tidak akan tergiur oleh lingkungan atau bujukan teman-teman kita untuk mengonsumsinya, kita dapat melaksanakan sila kelima dari Pancasila Buddhis.

Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa Pancasila Buddhis dan Pancadharma merupakan dua hal yang saling berhubungan. Pancasila Buddhis adalah penghindaran dari perbuatan yang tidak baik. Pancadharma adalah pelaksanaan dari perbuatan yang baik. Pancasila Buddhis gunanya untuk pengendalian diri. Pancadharma adalah untuk mengembangkan perbuatan baik.

Manfaat pelaksanaan Pancadharma

Melaksanakan Pancadhamma memiliki manfaat yang besar yakni akan membuat mulia bagi yang melaksanakan dan memilikinya. Sifat-sifat mulia Pancadhamma merupakan
pendukung Pancasila.



Post a Comment

0 Comments