Kelas Bu Novi

Kelas Bu Novi
Kelas Bu Novi

ETIKA PERGAULAN REMAJA SESUAI AJARAN BUDDHA (2)

 Pergaulan Remaja Buddhis

Pergaulan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “gaul” yang berarti campur. Pergaulan adalah perihal bergaul; kehidupan bermasyarakat. Jadi bergaul adalah hidup berteman atau bersahabat. Pergaulan merupakan langkah awal untuk menemukan inspirasi, gagasan, pandangan,
karakter, pengertian, dan motivasi dalam hidup.
Pergaulan merupakan proses interaksi antara individu dengan invidu ataupun individu dengan kelompok. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan kebersamaan dengan manusia atau kelompok lain. Pergaulan berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian seseorang, utama bagi
remaja yang masih belum stabil dan masih mencari jati diri. Keperibadian remaja yang masih labil mudah dipengaruhi orang lain, bahkan kadang ingin mencoba sesuatu yang baru yang dia tidak tahu hal itu baik atau buruk. Pergaulan yang negatif dengan individu yang tidak baik akan menghasilkan keperibadian yang kurang baik pula. Pergaulan negatif ini mudah mengarah kepada pergaulan bebas. Pergaulan positif akan menghasilkan kepribadian positif pula. Karakter seseorang salah satunya ditentukan melalui pergaulan yang baik. Pergaulan dapat memunculkan hal-hal yang baik maupun hal-hal yang buruk maka seseorang hendaknya memilih pergaulan yang baik. Teman atau sahabat yang baik dapat mendukung kemajuan seseorang seperti pola pikir yang baik, prestasi, dan keberhasilan hidup seseorang. Untuk itu, kita mesti menciptakan pergaulan yang baik untuk diri sendiri dan orang lain, maka kita memerlukan dasar atau aturan yang dapat dijadikan pedoman dalam pergaulan hidup di
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pola pergaulan remaja Buddhis sebaiknya disesuaikan dengan sabda-sabda Buddha yang terdapat dalam berbagai sutta seperti Sigalovada sutta, Manggala sutta, Parabhava sutta dan sutta-sutta lain. Berikut ini akan diuraikan dasar persahabatan yang telah diajarkan oleh Buddha di dalam Manggala Sutta dan Sigalovada sutta.
A. Manggala Sutta
Buddha menjelaskan dalam Manggala sutta bahwa tak bergaul dengan orang-orang bodoh, bergaul dengan para bijaksana, dan menghormat yang patut dihormat itulah berkah utama. Sutta ini sangat jelas sebagai pedoman bagi para remaja agar dalam bergaul, pilihlah teman yang relatif bijak, jangan bergaul dengan teman yang “kurang disiplin” misalnya yang tidak menghargai waktu dan lebih memilih menonton pertunjukan daripada mengerjakan pekerjaan sekolah ataupun membantu pekerjaan orang tua. Bertempat tinggal di tempat yang sesuai, memiliki timbunan kebajikan di masa lampau, membimbing diri dengan benar, itulah berkah utama. Remaja harus tinggal dengan orang tua dan keluarga yang mampu memberikan perhatian, kehangatan dan kasih sayang kepadanya. Jangan tinggal di lingkungan yang sebagian besar remajanya sudah tidak bersekolah, banyak menghabiskan waktu di
pusat permainan (game center), suka keluar rumah sampai tengah malam, suka mengadujago,sukaminumminumankerasbahkanmenggunakannarkoba.Kalau tinggal di lingkungan yang seperti ini kemungkinan besar remaja akan terbawa melakukan hal negatif tersebut. Remaja yang memiliki timbunan kebajikan di masa lampau, biasanya akan terlahir dalam keluarga harmonis, yang juga memiliki kebajikan tinggi. Hal ini sangat menguntungkan dalam melangkahkan kaki pada kehidupan remajanya dan mempermudah pembimbingan diri dengan benar. Apabila remaja mampu membimbing diri dengan benar maka tentu dia akan memiliki tingkah laku yang benar dan menyenangkan orang lain.Memiliki pengetahuan luas, terampil, terlatih baik dalam tata susila, bertutur
kata dengan baik, itulah berkah utama. Untuk memiliki pengetahuan luas dan keterampilan tentu remaja perlu bersekolah, banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan atau membaca melalui internet dan mengikuti berbagai kursus keterampilan. Kalau memiliki pengetahuan luas tentu akan menjadi nara sumber bagi siapapun, artinya dia akan memiliki banyak teman yang membutuhkannya. Sedangkan kalau memiliki keterampilan akan mudah mendapat tambahanpenghasilan, karena akan banyak orang yang membutuhkan. Apalagi disamping terampil juga ringan langkah (bhs Jawa: entengan), mudah diminta pertolongan, tidak segan memberi bantuan. Remaja yang terlatih dalam tata susila dan
bertutur kata dengan baik akan disukai orang banyak, mulai dari teman sebaya sampai orang tua. Tentu orang akan memperlakukan remaja itu dengan baik dan memperoleh penghormatan selayaknya.
Membantu ayah dan ibu, belajar dengan sungguh-sungguh, itulah berkah utama. Remaja yang dalam keluarga rajin membantu ayah dan ibu, tentu akan disayangi kedua orang tuanya. Sepanjang orang tua mampu tentu orang tua akan memenuhi segala kebutuhannya. Remaja yang belajar dengan sungguh-sungguh tentu akan berhasil dalam studinya. Kesuksesan studi akan menjadi modal untuk mencari pekerjaan yang layak. Memiliki pekerjaan yang baik tentu dapat menunjang kehidupan diri dan orang tuanya.
Berdana, melakukan kebajikan, dan tidak melakukan pekerjaan tercela, itulah berkah utama. Berdana dan melakukan kebajikan merupakan perbuatan baik (kusala kamma) yang akan diikuti hasil yang baik (kusala vipaka) seperti kebahagiaan, kekayaan, dan kesuksesan. Remaja yang tidak melakukan pekerjaan tercela, artinya dia melaksanakan sila dengan baik, sama dengan melaksanakan kusala karma juga. Berdana, melakukan kebajikan, dan tidak melakukan pekerjaan tercela, ketiga perbuatan ini akan menghasilkan dampak yang baik dalam kehidupannya, seperti mudah mendapatkan rejeki, disukai teman dan masyarakat, dihormati dan disegani orang banyak.
B. Parabhava Sutta
Parabhavasutta berisi tentang percakapan antara seorang dewa dan Buddha mengenai penyebab keruntuhan spiritual. Malam hari ketika Buddha berdiam di vihara Anathapindika, datanglah dewa menghadap Buddha, menghormat Beliau, dan berdiri di satu sisi. Dewa itu lalu berkata: Saya ingin
bertanya kepada-Mu, Gotama, tentang manusia yang menderita keruntuhan. Saya datang kepada-Mu untuk menanyakan penyebab-penyebab keruntuhan itu. Buddha menjawab: Dia yang mencintai Dhamma akan maju, dia yang membenci Dhamma akan runtuh. Dia yang senang berteman dengan
orang jahat dan lebih menyukai ajaran dari orang jahat itu inilah penyebab keruntuhan seseorang. Suka tidur, cerewet, lamban, malas dan mudah marah inilah penyebab keruntuhan seseorang. Dia yang tidak menghormati ayah ibunya inilah penyebab keruntuhan seseorang. Walaupun kaya tapi ia menikmatinya sendirian saja inilah penyebab keruntuhan seseorang. Jika dia  menjadi sombong karena keturunan, kekayaan, atau lingkungannya, serta memandang rendah keluarganya inilah penyebab keruntuhan seseorang. Senang mabuk, berjudi, dan berfoya-foya inilah penyebab keruntuhan seseorang.
Berdasarkan sabda Buddha ini maka remaja sebaiknya mengikuti pesan itu dengan cara antara lain bergaul dengan teman yang baik. Remaja yang mencintai Dhamma akan mempelajari dan mendalami Dhamma, serta berusaha melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melaksanakan
Dhamma secara konsisten terus menerus batinnya akan bersih, kelakuannya akan menyenangkan orang tua, keluarga, teman maupun orang sekitar. Dalam segala hal remaja ini akan mengalami kemajuan. Remaja yang lebih senang berteman dengan orang jahat bahkan lebih menyukai ajaran dari orang jahat, tentu akan dijauhi teman-teman, tidak disukai oleh orang sekitar, dan akhirnya akan tersisih dari keluarga.
C. Sigalovada Sutta
Inti dari Sigalovada sutta adalah 6 macam perilaku hubungan antara manusia berbagai profesi dan tingkatan. Enam macam itu dijelaskan seperti di bawah ini:
1. Orang tua dan anaknya.
2. Para guru dan siswanya.
3. Istri dansuaminya.
4. Sahabat-sahabat dan warga keluarganya.
5. Pelayan/karyawan dan majikannya.
6. Sangha danumatnya.
Keterangan 6 perilaku hubungan ini dijelaskan lebih lanjut seperti di bawah ini.
1. Orang tua dan anaknya. Lima cara seorang anak harus memperlakukan orang tuanya dengan cara:
merawat mereka,
memikul beban kewajiban-kewajiban mereka,
mempertahankan keturunan dan tradisikeluarga,
menjadikan diriku pantas menerima warisan,
melakukan perbuatan baik dan upacara agama setelah mereka meninggal dunia.
Orang tua yang diperlakukan demikian oleh anaknya seperti itu, maka mereka
akan menunjukkan kecintaan mereka dengan:
mencegah anaknya berbuat jahat,
mendorong mereka berbuat baik,
melatihnya dalam suatu profesi,
mencarikan pasangan (suami/istri) yang pantas,
pada waktu yang tepat, mereka menyerahkan warisan kepada anaknya.
Lima cara anak memperlakukan orang tuanya, maka dengan lima cara ini pulalah orang tua menunjukkan kecintaan mereka kepadanya.



2. Para guru dan siswanya. Lima cara siswa-siswa harus memperlakukan guru-guru dengan:
bangkit dari tempat duduk dan memberi hormat,
melayani mereka,
bersemangat untukbelajar,
memberikan jasa-jasa kepada mereka,
memperhatikan saat menerima ajaran dari mereka.



Guru-guru yang diperlakukan demikian oleh siswa, mereka akan mencintai siswa-siswanya dengan cara:
melatihnya sedemikian rupa sehingga ia selalu baik,
membuatnya menguasai apa yang telah diajarkan,
mengajarnya secara menyeluruh dalam berbagai ilmu,
berbicara baik tentang dirinya di antara sahabatnya,
menjaga keselamatannya di semua tempat.
Lima cara inilah siswa-siswa memperlakukan guru-guru mereka. Lima caraini pulalah guru-buru mencintai siswa-siswa mereka.



3. Istri dan suami. Lima cara seorang istri harus diperlakukan oleh suaminya dengan:
menghormatinya,
bersikap ramah-tamah,
setia,
menyerahkan kekuasaan rumah-tangga kepadanya,
memberikan barang-barang perhiasan kepadanya.
Enam cara inilah, seorang istri yang diperlakukan demikian oleh suaminya dengan :
mencintainya,
menjalankan kewajiban-kewajibannya dengan baik,
bersikap ramah-tamah terhadap sanak-keluarga kedua belah pihak,
setia,
menjaga barang-barang yang diberikansuaminya,
pandai dan rajin dalam melaksanakan segala tanggung-jawabnya.
Lima cara ini seorang suami memperlakukan istrinya. Enam cara ini pulalah seorang istri mencintai suaminya.
4. Sahabat-sahabat dan warga keluarga. Lima cara seorang warga keluarga memperlakukan sahabat-sahabat dengan:
bermurah hati,
berlaku ramah,
memberikan bantuan,
memperlakukan mereka seperti ia memperlakukan dirinya sendiri,
berbuat sebaikucapannya.
Sahabat-sahabat yang diperlakukan demikian oleh warga keluarga akan mencintainya dengan :
melindunginya sewaktu ia lengah,
melindungi harta miliknya sewaktu ia lengah,
menjadi pelindung sewaktu ia berada dalam bahaya,
tidak akan meninggalkannya sewaktu dalam kesulitan,
menghormati keluarganya.
Lima cara ini seorang warga keluarga memperlakukan sahabat-sahabat. Dengan lima cara ini pulalah sahabat-sahabat mencintainya.
5. Pelayan/karyawan dan majikannya. Lima cara majikan memperlakukan pelayan/karyawannya dengan:
memberikan pekerjaan yang sesuai kemampuan mereka,
memberikan mereka makanan dan upah,
merawat mereka sewaktu mereka sakit,
membagi barang-barang kebutuhan hidupnya,
memberikan cuti pada waktu-waktutertentu.
Pelayan/karyawan yang diperlakukan demikian oleh majikan, akan mencintainya dengan cara :
bangun lebih pagi dari padanya,
beristirahat setelah tugas selesai,
puas dengan apa yang diberikan kepada mereka,
melakukan kewajiban dengan baik,
memuji majikannya, memuji keharuman namanya.
Lima cara ini seorang majikan memperlakukan pelayan / karyawannya. Dalam lima cara inilah pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan mencintainya.
6. Lima cara seorang warga keluarga harus memperlakukan para pertapa dan brahmana dengan:
cinta kasih dalamperbuatan,
cinta kasih dalamperkataan,
cinta kasih dalam pikiran,
membuka pintu rumah (mempersilahkan mereka),
menunjang kebutuhan hidup mereka pada waktu-waktu tertentu.
Dalam lima cara inilah, para pertapa dan brahmana yang diperlakukan demikian oleh seorang warga keluarga, akan menunjukkan kecintaan mereka dengan:
mencegah ia berbuat jahat,
menganjurkan ia barbuat baik,
mencintainya dengan pikiran penuh kasih sayang,
mengajarkan apa yang belum pernah ia dengar,
memurnikan apa yang pernah ia dengar,
menunjukkan ia jalan kesurga.
Enam cara inilah seorang warga keluarga memperlakukan para pertapa dan brahmana. Enam cara ini pulalah para pertapa dan brahmana menunjukkan kecintaan mereka kepadanya. Yang perlu mendapat perhatian bagi siswa SMP kelas 7 adalah perilaku orang tua dan anaknya, para guru dan siswanya, sahabat/kawan dan warga keluarganya, pelayan /karyawan dan majikannya, sangha dan umatnya. Dengan memahami dan melaksanakan bagaimana seharusnya memperlakukan orang tuanya, maka
siswa akan menjadi anak yang berbakti. Apabila perilaku ini dijalankan terus menerus para remaja akan dapat menjadi manusia yang memiliki berkah utama seperti yang disabdakan oleh Buddha dalam Manggala sutta yaitu membantu ayah/ibu dan bekerja/belajar dengansungguh-sungguh.
Siswa yang tahu bagaimana memperlakukan guru-gurunya maka dapat diharapkan dia akan belajar denganpenuh perhatiandan sukses dalam belajarnya, karena guru-gurunya akan member perhatian lebih. Siswa yang tahu bagaimana bergaul dengan sahabat-sahabatnya dia akan memperoleh banyak manfaat, bantuan maupun perlindungan dari sahabat saat diperlukan.



Post a Comment

0 Comments