Kelas Bu Novi

Kelas Bu Novi
Kelas Bu Novi

Peristiwa Buddha Parinibbana (3)

 Khotbah Buddha dan makanan terakhir Buddha menjelang parinibbana

           Menjelang parinibbana setelah tiba di Pava, Sang Buddha dan para siswanya    berdiam  di hutan mangga milik Cunda, putra si pandai besi. Mendengar berita  kedatangan Sang  Bhagava di hutan mangganya, Cunda segera menghadap Sang Bhagava dan memberi sembah hormat pada-Nya. Sang Bhagava memberinya dorongan dengan pembabaran Dharma serta membahagiakannya dalam latihan Dharma.  Keesokan harinya, Cunda mempersiapkan makanan yang mewah, termasuk masakan khusus yang disebut sukaramaddava. Sukaramaddava adalah daging lunak dicampur dengan jamur. Sang Buddha menyarankan  agar Cunda menghidangkan makanan Sukaramaddavahanya kepada-Nya, bukan untuk yang lain. Selain Sang Buddha, tidak diizinkan memakan makanan Sukaramaddava.Setelah menikmati makanan, selanjutnya Sang Buddha berkata: “Cunda, jika masih ada Sukaramaddava yang tersisa, kubur dan timbunlah dalam tanah. Sang Buddha tidak melihat ada seorang pun di  dunia ini selain Tathagata yang mampu mencerna makanan Sukaramaddava ini”.

        “Oh, demikiankah, Bhante”, jawab Cunda. Segera Cunda menguburkan  sisa makanan tersebut  di dalam tanah. Selanjutnya, Cunda mendatangi Sang Buddha dan memberi hormat, ia duduk di satu sisi lalu Sang Buddha mengajarkan Dharma kepadanya. Sang Buddha juga memuji Cunda atas hidangannya yang telah membuat Beliau segar dan kuat kembali setelah perjalanan jauh. Namun segera setelah itu, Sang Buddha menderita sakit perut luar biasa  seperti yang sebelumnya pernah diderita. Sakit yang luar biasa ini menyerang Sang Buddha saat berada di desa Beluva. Dengan kekuatan batin-Nya, Sang Buddha sangggup menahan rasa sakit tersebut. Meskipun amat lemah, Sang Buddha memutuskan untuk langsung meneruskan perjalanan ke  Kusinara sejauh kurang lebih 6 (enam) mil lagi. Setelah perjuangan melawan sakit  perut  tersebut, Sang Buddha tiba di hutan pohon Sala di pinggiran kota. Di tempat              inilah, di sungai Kakuttha Sang Buddha mandi untuk terakhir kalinya. Setelah istirahat               sejenak, lalu Beliau berkata: “Sekarang mungkin akan terjadi bahwa sebagian orang akan membuat Cunda menjadi menyesal karena telah memberi Tathagata hidangan yang membuat-Nya sakit.

Y.M.  Ananda,  bila ini terjadi, engkau harus mengatakan kepada Cunda bahwa engkau telah mendengar langsung dari Sang Buddha bahwa perbuatan itu keberuntungan bagi dia. Katakan padanya bahwa ada dua macam persembahan kepada Sang Buddha yang mempunyai pahala yang  sama, yaitu persembahan makanan saat menjelang Penerangan Sempurna-Nya dan  persembahan makanan pada saat menjelang Kemangkatan-Nya. Ini adalah kelahiran terakhir  dari Sang Buddha”. Kemudian Sang Buddha berkata, “Ananda, tolong siapkan tempat  pembaringan untuk Tathagata dengan kepala mengarah ke Utara, di antara dua pohon Sala besar. Tathagata lelah dan ingin berbaring”.

Pada saat itu juga, kedua pohon Sala tersebut tiba-tiba dipenuhi oleh bunga-bunga yang bermekaran karena pengarPH dari para Dewa, meskipun saat itu bukan musimnya. Para  Dewa menaburkan unga-bunga kepada Sang Buddha sebagai ungkapan rasa hormatnya   kepada Beliau.

             Selanjutnya, Sang Buddha berkata kepada Ananda:“Ananda, kedua pohon Sala besar ini menaburi Tathagata dengan bunga-bunganya seolah-olah mereka memberi penghormatan kepada Tathagata. Tetapi ini bukanlah  cara bagaimana Tathagata seharusnya dihormati dan  dihargai. Melainkan, adalah bila para bhikkhu dan  bhikkhuni, atau akilaki dan perempuan umat awam, hidup sesuai dengan ajaran Tathagata.  Itulah cara menghormati dan menghargai Tathagata”. 

Pertanyaan:

1. Mengapa Buddha meminta Cunda mengubur sisa Sukkaramaddava?

2. Bagaimana seharusnya menghormati Buddha?

3. Praktik apa saja yang telah dan akan kalian lakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap Buddha?

Post a Comment

0 Comments